Jakarta - 2 Mei selalu diperingati
sebagai hari pendidikan nasional. Tapi untuk tahun ini, ada sesuatu yang
mendesak diserukan. Tak lain penghapusan ujian nasional (UN).
"Hardiknas
momentum membongkar kebijakan pendidikan yang tidak ramah anak," kata
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ihsan dalam
keterangannya, Kamis (2/5/2013).
Ihsan punya alasan kuat soal
tidak perlunya UN. Dirinya pernah menangani kasus siswa sekolah
Internasional di Indonesia. Ternyata mereka tidak ikut UN di Indonesia
walaupun siswanya WNI.
"Dan tidak ada UN di negara asal mereka,
nilai bukan dalam bentuk angka tapi deskriptif dan sepenuhnya kewenangan
sekolah. Ini diterima internasional," terangnya.
Di sekolah
internasional, sangat menghargai perbedaan bakat anak dan proses belajar
sejak awal, bukan seperti UN yang memberi label hanya dengan beberapa
butir soal.
"Sangat tidak adil buat anak. Kalau untuk mengetahui
kemampuan anak boleh saja tapi untuk syarat kelulusan merupakan tindakan
yg sangat tidak memiliki perspektif perlindungan anak karena setiap
anak "unik"," urainya.
Belum lagi uang negara dihabiskan ratusan
miliar rupiah untuk pelaksanaan UN. "Kalau uang tersebut digunakan untuk
meningkatkan kualitas dan jangkauan pendidikan, pasti tidak ada
kesejangan yang tajam dalam dunia pendidikan antara kota dan desa,"
tutupnya.
(ndr/gah)
hai gan.. kunjungin balik blog ku ya .. :)
BalasHapusletsreadingme.blogspot.com